Sebanyak 30 peserta antusias mengikuti workshop musik yang diselenggarakan di Taman Budaya Sumatera Barat dari tanggal 3 – 5 Juni 2024. Acara ini menghadirkan dua pembicara utama, yaitu dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Susandrajaya dan Nurkholis, yang memberikan wawasan berharga tentang pengembangan musik tradisional dalam konteks seni pertunjukan modern.
Susandrajaya salah seorang dosen Prodi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan menekankan pentingnya pemahaman mengetahui konsep musikal terhadap sumber-sumber musik tradisional, khususnya musik tradisional Minangkabau, yang akan dijadikan sebagai inspirasi dalam menciptakan karya musik baru, strategi ini dilakukan agar pengembangan garap lebih menarik dan tetap berorientasi pada kearifan lokalnya. “Komposer diajak untuk menggali kekuatan musik tradisional Minangkabau yang hadir sebagai elemen esensial dari karya mereka,” ujarnya. Tantangan globalisasi yang mengedepankan musik modern diakui Susandrajaya sebagai hambatan, namun peluang untuk mengolaborasikan musik tradisi dengan musik modern tetap terbuka lebar. “Kuncinya adalah kreativitas,” tambahnya.
Dosen gondrong ini sangat bangga ketika peserta workshop yang diundang mewakili kabupaten dan kota di Sumatera barat 70% didominasi oleh alumni dan mahasiswa Prodi Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang. 20% Prodi Sendatasik Universitas Negeri Padang dan 10 %mewakili Komunitas. Artinya peta komposer dan kreator seni banyak berasal dari lulusan Prodi Seni Karawitan imbuhnya.
Nurkholis salah seorang dosen Prodi Musik Institut Seni Indonseia Padangpanjang di sisi lain, menekankan pentingnya kejujuran dalam pertunjukan seni. Menurutnya, kejujuran akan membawa kepada kekhasan yang membutuhkan penggalian mendalam. Ia juga mengingatkan para komposer untuk menghindari ketergesaan saat tampil di panggung, karena kecepatan dalam proses kreatif bisa mengurangi kualitas karya.
Workshop yang dibuka oleh Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar Supriadi mengatakan Peserta adalah seniman yang sudah memiliki kemampuan dasar dan interest dalam bermusik sehingga workshop ini berperan untuk pengembangan karya baru yang bersumber dari musik tradisi Minangkabau,” ujarnya.
Workshop ini juga melibatkan peserta dalam praktik langsung. Mereka dibagi menjadi enam kelompok untuk menampilkan karya kolaborasi mereka. Salah satu kelompok yang mencuri perhatian adalah Duruk Nia. Grup ini menampilkan komposisi musik yang memadukan elemen Minang dan Mentawai dengan pesan pesona Sumbar. Komposisi tersebut menyertakan nyanyian dalam bahasa Minang, Mentawai, Indonesia, dan Inggris, bertujuan agar musik ini juga dapat dinikmati oleh pendengar dari luar negeri. Kombinasi instrumen tradisional seperti bansi dan gendang dengan instrumen modern seperti keyboard dan gitar menambah kekayaan musikal mereka. Tampilan mereka bahkan dapat disaksikan di TikTok KATASUMBAR.
Ketua Prodi Seni Karawitan Dr. Asep Saepul Haris, M.Sn ditempat terpisah sangat mengapresiasi sekali program yang digagas uleh UPTD Taman Budaya, apalagi setelah mendapatkan informasi bahwa peserta terbanyak diikuti oleh alumni dan mahasiswa dari Prodi Seni Karawitan, mudah mudahan mereka bisa mengembangkan musik tradisional di daerahnya agar menarik minat masyarakat lebih mencintai budayanya, ujarnya.
Sebagai tindak lanjut workshop, peserta diminta membuat konsep komposisi musik dengan tema keragaman budaya di Sumatera Barat. Tiga konsep karya terbaik akan dipilih untuk ditampilkan dalam Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Sumbar yang akan digelar pada bulan Oktober mendatang. Workshop ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta, tetapi juga menguatkan upaya pelestarian dan inovasi musik tradisional dalam arus modernisasi.