Senin malam, 5 Mei 2025, suasana di lingkungan Program Studi Seni Karawitan kembali dihidupkan oleh kegiatan “Ota Rabu Malam”, sebuah forum diskusi yang konsisten menjadi ruang berbagi ilmu, gagasan, dan pengalaman antara mahasiswa, dosen, dan alumni. Kali ini, kegiatan digelar dengan tema “Bedah Karya Komposisi Musik”, yang secara khusus ditujukan untuk membuka wawasan mahasiswa—terutama mahasiswa semester awal—dalam mengenali dan mengapresiasi karya musik komposisi secara lebih mendalam.
Pemateri: Bustanul Arifin, S.Sn — Belajar dari Karya Nyata
Hadir sebagai pemateri adalah Bustanul Arifin, S.Sn, seorang alumni Prodi Seni Karawitan yang kini aktif dalam dunia penciptaan musik komposisi dan dikenal akrab dengan panggilan Bg Sutaik. Dalam forum ini, ia membawakan materi yang bersifat praktis dan aplikatif, dengan membedah langsung beberapa karya komposisi musik hasil karyanya sendiri sebagai studi kasus.
Dalam pemaparannya, Bg Sutaik mengajak peserta untuk memahami bagaimana cara membaca struktur sebuah karya musik, melihat relasi antarbagian, memahami proses kreatif di balik penciptaan, serta mengenali idiom-idiom yang digunakan oleh seorang komposer dalam menyusun narasi musikal.
“Tujuan utamanya adalah agar mahasiswa tidak hanya bisa mendengar musik, tetapi juga bisa memahami apa yang mereka dengar, dan dari sana belajar untuk mengapresiasi secara sadar,” jelasnya.
Forum malam itu dipandu oleh Sy Anton, dosen Prodi Seni Karawitan yang kembali dipercaya menjadi moderator. Dengan pembawaan santai namun terarah, ia berhasil menjaga diskusi tetap fokus dan membuka ruang pertanyaan dari mahasiswa yang terlihat antusias untuk menyelami lebih jauh tentang bagaimana sebenarnya karya musik bisa dianalisis dan dihargai dari berbagai sudut pandang.
Fokus pada Mahasiswa Semester Awal: Memupuk Kesadaran Sejak Awal
Yang menjadi perhatian penting dari kegiatan ini adalah penekanannya pada mahasiswa semester awal, terutama mereka yang baru akan memasuki mata kuliah Komposisi Musik. Bg Sutaik menekankan bahwa pengenalan terhadap karya musik secara struktural dan estetis perlu dilakukan sedini mungkin, agar mahasiswa terbiasa berpikir secara musikal dan reflektif terhadap apa yang mereka dengar dan pelajari.
Melalui contoh-contoh karya yang dibedah, mahasiswa diperlihatkan bagaimana sebuah komposisi tidak lahir secara spontan, melainkan melalui proses berpikir, merasakan, mencoba, dan menyusun secara sadar.
Diskusi berkembang interaktif. Mahasiswa tidak hanya menyimak, tapi juga aktif bertanya tentang teknik penciptaan, pemilihan instrumen, bentuk komposisi, serta bagaimana mencari sumber inspirasi. Beberapa peserta menyampaikan bahwa forum ini membuka pandangan baru tentang musik, tidak sekadar sebagai bunyi indah, tetapi sebagai konstruksi pemikiran yang memiliki pesan dan struktur.
Dari Mendengar Menuju Memahami
Kegiatan Ota Rabu Malam edisi 5 Mei 2025 ini menjadi ruang belajar yang sangat penting, terutama bagi mahasiswa yang akan memulai perjalanannya di dunia komposisi musik. Melalui praktik bedah karya, peserta diajak untuk beralih dari sekadar “menikmati musik” menjadi “memahami musik” — sebuah langkah awal yang penting dalam pendidikan seni.
Dengan kehadiran alumni seperti Bustanul Arifin, S.Sn, forum ini membuktikan bahwa hubungan antara alumni dan prodi bukan hanya sebagai jejak masa lalu, tapi sebagai jembatan penguatan kualitas pembelajaran dan inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Ota Rabu Malam kembali membuktikan dirinya sebagai wadah pengasuhan intelektual dan artistik yang hidup, terbuka, dan mendidik — ruang di mana ide tumbuh, pengalaman dibagikan, dan semangat berkesenian terus menyala.