Menggugat Kembali: Mengapa Harus Menjadi Mahasiswa Seni?

Pada Rabu malam, 23 April 2025 pukul 20.30 WIB, suasana di lingkungan Program Studi Seni Karawitan terasa istimewa. Forum diskusi Ota Rabu Malam kembali digelar, mengangkat tema reflektif dan provokatif: “Instal Ulang Mahasiswa Seni.” Tema ini menjadi pemantik untuk melakukan penyegaran ulang terhadap orientasi, motivasi, serta kesadaran peran mahasiswa seni dalam dunia pendidikan dan kehidupan sosial budaya.

Pertanyaan sentral yang disodorkan malam itu mengajak seluruh peserta berpikir lebih dalam:

“Lantas, kenapa harus menjadi mahasiswa seni?”

Sebuah pertanyaan yang tidak mencari jawaban instan, melainkan mengundang perenungan. Pertanyaan yang menggugat kembali alasan keberadaan: apakah menjadi mahasiswa seni hanya sekadar pilihan akademik, atau justru panggilan batin dan tanggung jawab budaya?


Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa aktif, tetapi juga diramaikan oleh para dosen, alumni Prodi Seni Karawitan, serta secara khusus dihadiri oleh Ketua Jurusan Seni Karawitan, Bapak Asep Saepul Haris. Kehadiran para alumni memberi warna tersendiri, karena mereka menghadirkan perspektif pengalaman nyata di dunia kerja seni, sementara kehadiran dosen dan Ketua Jurusan menunjukkan dukungan nyata terhadap ruang-ruang dialog terbuka semacam ini.

Suasana hangat dan egaliter membuat forum ini menjadi ruang lintas generasi, tempat berbagai pengalaman dan pandangan bersilangan dan saling menguatkan.

Pemateri: Indra Arifin — Merawat Refleksi, Menyegarkan Orientasi

Sebagai pemateri utama, hadir Indra Arifin, dosen Program Studi Seni Karawitan yang kini tengah menyelesaikan studi doktoralnya (S3) di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Di tengah kesibukan akademiknya sebagai mahasiswa S3, beliau tetap meluangkan waktu untuk hadir dan berbagi pemikiran dalam kegiatan ini.

Dalam pemaparannya, Indra Arifin menekankan pentingnya menyegarkan kembali kesadaran mahasiswa seni, mengingat bahwa pendidikan seni bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga tentang penghayatan atas kehidupan, dan pemahaman atas konteks budaya dan sosial tempat seni itu hidup. Ia mendorong mahasiswa untuk tidak terjebak dalam rutinitas teknis, tapi terus bertanya: “Untuk apa saya berkesenian? Apa yang sedang saya perjuangkan melalui seni?”

Diskusi dipandu dengan hangat dan mengalir oleh Sy Anton, dosen Prodi Seni Karawitan yang menjadi moderator malam itu. Dengan gaya dialogis yang akrab, ia berhasil menjaga ritme forum agar tetap cair namun fokus. Ia juga aktif memancing peserta untuk mengajukan pertanyaan kritis dan mengembangkan wacana secara kolektif.


Menyeimbangkan Rasa dan Nalar: Antara Penghayatan dan Pemahaman

Dua kutipan reflektif yang menjadi pusat perdebatan dan renungan adalah:

“Seni itu soal penghayatan, sedangkan ilmu itu soal memahami.”
“Seni itu untuk dinikmati, sedangkan ilmu seni untuk memahami.”

Kutipan ini membuka ruang untuk membahas ketegangan sekaligus koneksi antara intuisi artistik dan struktur akademik. Mahasiswa diajak menyadari bahwa menjadi seniman dalam dunia akademik berarti mengembangkan dua sayap: satu untuk merasakan secara jujur, satu lagi untuk memahami secara mendalam.


Ota Rabu Malam: Ruang Aman untuk Jujur dan Bertumbuh

Diskusi berkembang menjadi ruang curhat intelektual dan emosional. Mahasiswa menyampaikan berbagai keresahan: soal tekanan tugas, rasa kehilangan makna, hingga kebingungan dalam menentukan arah setelah lulus. Alumni turut menanggapi dengan membagikan pengalaman jatuh bangun di dunia kerja seni, menguatkan peserta bahwa proses berkesenian memang penuh lika-liku, tapi juga penuh makna jika dijalani dengan kesadaran.

Format Ota Rabu Malam yang cair, santai namun tetap mendalam, menjadikannya ruang aman untuk bertanya, mengkritik, menertawakan, dan menyemangati. Di sinilah letak kekuatan forum ini: bukan hanya tempat berbicara, tapi juga tempat didengar dan dimengerti.

Diskusi malam itu ditutup dengan semangat kolektif bahwa menjadi mahasiswa seni bukanlah pilihan praktis, melainkan keputusan kesadaran. Kesadaran untuk hidup lebih peka, berpikir lebih dalam, dan mencipta dengan makna. Program Studi Seni Karawitan, melalui kegiatan Ota Rabu Malam ini, menunjukkan komitmen untuk terus menghadirkan ruang-ruang intelektual yang hidup dan membumi. Sebuah ruang di mana mahasiswa, dosen, dan alumni saling menguatkan untuk terus menjadi insan seni yang berpikir, merasakan, dan berkontribusi nyata bagi kebudayaan.

sebagai ucapan terimakasih kepada pemateri Panitia memberikan ucapan terimaksih kepada pemateri dengan pemberian piagam kepada pemateri yang diserahkan oleh Pembimbing HMJ bapak Jhori Andela

Scroll to Top