“Harmoni Tradisi: Keberagaman Pertunjukan Seni di Harau”

ART CAMP HARI KE 2

Pada hari kedua pelaksanaan kegiatan Art Camp yang jatuh pada Jumat, 17 Januari 2025, suasana semakin meriah dan penuh antusiasme. Acara yang dirancang oleh panitia dari angkatan 2023 ini berhasil membawa agenda Art Camp ke arah yang lebih dalam kompetensi yang spesifik, khususnya dalam memperkaya wawasan peserta tentang musik Nusantara. Tidak hanya itu, para peserta juga diajak untuk mengembangkan kecakapan mereka dalam berinovasi melalui berbagai aktivitas kreatif yang telah dirancang dengan matang. Kombinasi antara pengenalan budaya musik tradisional dan pengasahan kreativitas ini menjadikan Art Camp tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran yang inspiratif dan bermakna.

Pada pagi hari, tepatnya dari pukul 09.00 WIB hingga 11.30 WIB, mahasiswa Jurusan Seni Karawitan mendapatkan pembekalan penting mengenai konsep pengelolaan Management Seni Pertunjukan. Materi ini disampaikan oleh Jhori Andela, S.Sn., M.Sn., seorang praktisi dan akademisi yang berpengalaman di bidang seni pertunjukan. Kehadiran materi ini dianggap sangat relevan dan mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa, terutama dalam menghadapi dinamika industri seni pertunjukan yang semakin kompleks. Pembekalan tersebut mencakup pemahaman mendalam tentang teori dan konsep manajemen seni, serta aspek praktis dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan seni pertunjukan. Dengan adanya pelatihan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengelola event seni secara profesional, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi, sekaligus memperluas wawasan mereka untuk menciptakan inovasi dalam industri seni tradisional dan modern.

Setelah menunaikan salat Jumat, dari pukul 14.00 hingga 16.00, mahasiswa mengikuti sesi pembekalan untuk meningkatkan rasa musikalitas, baik secara individu maupun kelompok, melalui kegiatan outbound dan berbagai permainan interaktif. Kegiatan ini dirancang tidak hanya untuk mengasah teknik penguasaan musik, tetapi juga untuk membekali mahasiswa dengan strategi menjadi musisi panggung yang andal. Salah satu caranya adalah dengan mempresentasikan penguasaan materi individu di hadapan civitas akademika, sebagai bagian dari latihan keterampilan tampil di depan umum.

Permainan dan kegiatan ini dipandu dengan baik oleh panitia yang melibatkan mahasiswa senior dan alumni sebagai mentor. Kehadiran para mentor memberikan kontribusi berharga berupa arahan, masukan, dan saran yang relevan untuk membantu mahasiswa meningkatkan kualitas materi yang dipresentasikan. Dengan kombinasi suasana yang menyenangkan dan bimbingan profesional, sesi ini tidak hanya membangun kepercayaan diri mahasiswa, tetapi juga memperkuat kemampuan mereka dalam berkolaborasi dan menyampaikan ekspresi musikal secara optimal di atas panggung.

Pada pukul 16.30 hingga 18.00 WIB, agenda menarik yang menjadi pusat perhatian adalah diskusi keluarga besar Jurusan Seni Karawitan. Diskusi ini melibatkan partisipasi aktif dari dosen, mahasiswa, dan alumni, dengan fokus pembahasan pada strategi untuk memajukan Jurusan Seni Karawitan agar semakin unggul dan mampu menjadi garda terdepan dalam pengembangan musik tradisional Nusantara di Indonesia.

Dipandu oleh moderator Susandrajaya, M.Sn yang sekaligus pembimbing kegiatan Art Camp 2025, suasana diskusi berlangsung interaktif dan penuh semangat. Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Jurusan, Dr. Asep Saepul Haris, M.Sn, dan Sekretaris Jurusan, Yurnalis, M.Sn, yang memberikan wawasan strategis dan pandangan visioner untuk mendukung kemajuan jurusan. Selain itu, kehadiran Firman, S.Sn., M.Si, selaku pembimbing Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), bersama para dosen lainnya, semakin memperkaya dinamika diskusi dengan berbagai gagasan kreatif dan inovatif.

Suasana hangat dan kolaboratif terasa begitu kuat dalam diskusi ini. Berbagai ide dan masukan dari semua pihak didengar, dihargai, dan dipertimbangkan sebagai langkah strategis untuk memperkuat peran Jurusan Seni Karawitan, tidak hanya di kancah akademik, tetapi juga dalam mempromosikan budaya dan seni tradisional Indonesia di tingkat nasional bahkan internasional. Diskusi ini menjadi momentum yang mempererat rasa kebersamaan sekaligus mengokohkan komitmen bersama untuk memajukan musik tradisional Nusantara melalui pendidikan seni yang berkualitas.

Bincang-bincang Keluarga Besar Jurusan Seni Karawitan yang juga menjadi bagian dari kegiatan Tracer Study ini memberikan manfaat besar dalam mempersiapkan lulusan agar siap bersaing di tingkat global serta mampu menjawab tantangan zaman yang terus berkembang. Dalam forum ini, berbagai saran dan masukan berharga disampaikan oleh alumni, yang didasarkan pada pengalaman nyata mereka setelah berbaur dengan dunia pemerintahan, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), serta masyarakat sebagai pengguna lulusan.

Salah satu poin penting yang diusulkan oleh alumni adalah perlunya penambahan mata kuliah berbasis teknologi dan industri kreatif seni pertunjukan musik Nusantara. Mereka berpendapat bahwa kurikulum yang adaptif terhadap kebutuhan era modern, seperti pemanfaatan teknologi digital dalam produksi seni pertunjukan dan manajemen panggung berbasis teknologi, sangat penting untuk melengkapi keahlian mahasiswa. Mata kuliah ini diharapkan mampu memberikan mahasiswa wawasan dan keterampilan praktis yang relevan, sehingga mereka lebih kompeten dalam menghadapi persaingan global, baik di bidang pendidikan, industri, maupun pengabdian kepada masyarakat.

Dengan adanya dialog ini, diharapkan Jurusan Seni Karawitan dapat terus berinovasi dalam menyusun kurikulum dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga tidak hanya melestarikan seni tradisional, tetapi juga memadukannya dengan inovasi modern untuk mempertahankan relevansi dan daya saing di era globalisasi.

Pada malam harinya, rangkaian acara berlanjut dengan menampilkan berbagai pertunjukan yang melibatkan sanggar-sanggar seni, komunitas dari Kabupaten Limapuluh Kota, serta alumni dan dosen-dosen Jurusan Seni Karawitan. Pertunjukan tersebut disuguhkan secara istimewa kepada masyarakat Harau dan sekitarnya, sebagai upaya untuk mempererat hubungan antara institusi seni dan komunitas lokal.

Partisipan pertama yang tampil adalah Kelompok Ruang Belajar Bintang Harau, yang mempersembahkan Tari Piriang Badarai. Dengan gerakan yang lemah gemulai namun penuh ketangkasan, para penari memukau penonton melalui keindahan koreografi yang harmonis dan dinamis. Ketangkasan penari dalam memainkan gerakan tradisional tari piriang dipadukan dengan iringan musik yang khas, menciptakan atmosfer yang menghibur sekaligus mengangkat kearifan lokal Minangkabau.

Penampilan tersebut berhasil menarik perhatian dan mendapat apresiasi meriah dari masyarakat. Selain menjadi sarana hiburan, acara ini juga merupakan wujud nyata komitmen Jurusan Seni Karawitan dalam melestarikan seni tradisional, sekaligus memberikan ruang ekspresi bagi komunitas seni di daerah untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka. Pertunjukan malam itu tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi momentum yang membangun kebanggaan dan kesadaran akan kekayaan seni budaya nusantara.

Penampilan selanjutnya diisi oleh Sanggar Seni Palito Tongga dari Jorong Tarantang, yang merupakan sanggar seni berbasis komunitas dan didominasi oleh siswa-siswi SLTP. Penampilan mereka sukses memukau penonton dengan paduan pertunjukan musik dan tarian yang diiringi langsung oleh alunan musik hidup (live music). Kekompakan, semangat, dan ekspresi para penampil muda ini membawa kesegaran tersendiri dalam rangkaian acara, menonjolkan semangat kreativitas generasi muda dalam melestarikan seni budaya tradisional.

Puncak pertunjukan semakin meriah ketika para penari membawakan atraksi Tari Piring, salah satu seni tari khas Minangkabau. Dengan gerakan yang lincah, anggun, namun penuh presisi, mereka menguasai panggung hingga mencapai bagian klimaks yang ditunggu-tunggu oleh para penonton: atraksi menginjak dan memecahkan piring. Ketegangan dan kekaguman bercampur menjadi satu, sementara tepuk tangan riuh penonton menambah suasana megah pada akhir penampilan.

Atraksi ini tidak hanya menyajikan hiburan yang memukau, tetapi juga memperlihatkan nilai keberanian, keahlian, dan ketekunan dalam menampilkan kesenian tradisional Minangkabau. Penampilan Sanggar Seni Palito Tongga malam itu menjadi salah satu momen yang berkesan, sekaligus membuktikan bahwa seni tradisi tetap memiliki daya tarik yang kuat di hati masyarakat lintas generasi.

Pertunjukan Sanggar Legusa Saiyo dengan materi silat dan atraksi tapuak galembong dalam bentuk randai berhasil memancarkan keindahan seni budaya tradisional Minangkabau dengan penuh pesona. Kombinasi antara ketangkasan gerakan silat dan kepiawaian dalam memperagakan tapuak galembong membawa suasana yang memikat penonton, menampilkan warisan leluhur yang kaya akan nilai estetika, kearifan lokal, dan filosofi hidup.

Unsur silat yang disuguhkan memperlihatkan koordinasi gerakan yang harmonis, di mana para penampil tidak hanya menampilkan kekuatan fisik tetapi juga kelincahan, keselarasan, dan nilai kejujuran yang tercermin dalam setiap jurusnya. Kehadiran tapuak galembong, sebagai bagian yang khas dari tradisi randai, memberikan sentuhan unik dalam pementasan ini. Suara dentuman celana khas (galembong) yang dihasilkan melalui tepukan tangan para penampil memberikan ritme tambahan yang selaras dengan iringan musik tradisional, menciptakan dimensi seni pertunjukan yang lebih kompleks dan menarik.

Secara keseluruhan, penampilan Sanggar Legusa Saiyo tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu menampilkan perpaduan sempurna antara seni gerak dan musik. Kehadiran mereka membuktikan bahwa seni tradisional Minangkabau seperti silat dan randai masih relevan, inspiratif, dan patut untuk terus dipromosikan. Penampilan ini juga memberikan pesan kuat akan pentingnya melestarikan dan meneruskan kekayaan seni budaya kepada generasi muda sebagai bagian dari identitas bangsa. 

Pertunjukan terakhir menampilkan Saluang Dendang, sebuah seni musik tradisional Minangkabau yang dibawakan dengan indah oleh Mak Lenggang sebagai tukang saluang dan Rina Oktavia sebagai tukang dendang. Penampilan ini menyajikan harmoni yang memukau antara tiupan melodius saluang dan suara merdu dendang, menciptakan suasana yang syahdu sekaligus magis, membius seluruh penonton.

Mak Lenggang, dengan keahliannya sebagai maestro saluang, menampilkan permainan yang penuh emosi dan teknik yang halus. Tiap nada yang dihasilkan membawa pendengar pada alur cerita yang kaya dengan nuansa tradisional. Rina Oktavia, sebagai tukang dendang, tampil dengan vokal yang menciri khaskan sebuah kearifan lokal yang kental, menghadirkan lirik-lirik melaluio pantun spontan yang sarat makna dan penuh filosofi kehidupan, pesan moral, dan sindiran khas Minangkabau.

Sebagai pertunjukan penutup, Saluang Dendang ini bukan hanya hiburan, tetapi juga pengingat akan kekayaan budaya yang perlu dijaga. Penampilan ini berhasil menutup rangkaian acara dengan kesan yang mendalam, memberikan penghormatan kepada tradisi, dan meninggalkan kenangan yang tak terlupakan bagi seluruh hadirin.

Rangkaian kegiatan seni di Harau menjadi momen yang penuh makna untuk melestarikan, mempromosikan, dan mengembangkan seni tradisional Nusantara. Acara yang melibatkan partisipasi dari mahasiswa, dosen, alumni, serta berbagai sanggar dan komunitas seni ini sukses menghadirkan beragam pertunjukan yang memukau dan edukatif.

Dari diskusi interaktif Keluarga Besar Jurusan Seni Karawitan hingga pertunjukan seni seperti Tari Piriang Badarai oleh Kelompok Bintang Harau, Tari Piring Sanggar Palito Tongga, atraksi silat dan randai oleh Sanggar Legusa Saiyo, hingga penutupan yang memukau melalui Saluang Dendang oleh Mak Lenggang dan Rina Oktavia, setiap agenda memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Acara ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan dan membangun kebanggaan terhadap warisan budaya Minangkabau.

Kolaborasi antara institusi akademik, komunitas lokal, dan generasi muda menjadi titik penting keberhasilan acara ini. Kegiatan ini membuktikan bahwa seni tradisional dapat tetap relevan dengan inovasi serta dukungan teknologi dan industri kreatif, memastikan seni budaya tetap hidup dan berkembang menghadapi tantangan zaman. Kesan mendalam dari setiap penampilan dan diskusi menjadi bukti nyata bahwa seni tradisional mampu menjadi media untuk mempererat kebersamaan sekaligus memajukan seni budaya ke tingkat yang lebih tinggi.

Scroll to Top