Art Camp 2025 Jurusan Seni Karawitan Meriahkan Harau dengan Seni Tradisi dan Inovasi Modern : Hari Pertama

Pembukaan Art Camp dengan tema “Barasiahan Nan Kuriak Pelokan Nan Sabalun: Upaya Pelestarian dan Pengembangan Musik Tradisi di Era Modern” berlangsung dengan sukses di Lapangan Jorong Harau, Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Acara yang digelar pada Kamis, 16 Januari 2025, pukul 20.00 WIB ini berlangsung lancar dan mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak

Agenda tahunan yang rutin diprogramkan oleh Keluarga Besar Jurusan Seni Karawitan ini merupakan wujud pengabdian bersama yang melibatkan dosen, mahasiswa, dan alumni. Kegiatan ini dikemas secara menarik dalam bentuk kemah seni, menghadirkan beragam acara seperti workshop, kolaborasi seni, hingga pertunjukan yang menggambarkan kekayaan budaya dan kreativitas.

Dalam kata sambutannya, Ketua Pelaksana Taufik Hidayat menyampaikan bahwa kegiatan kemah seni ini diikuti oleh 250 peserta yang terdiri dari mahasiswa, alumni, dan dosen. Acara tersebut bertujuan untuk berbagi dengan masyarakat Harau dan sekitarnya dalam rangka meningkatkan apresiasi terhadap seni dan budaya daerah. Beliau juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Nagari Harau, termasuk atas perizinan penggunaan Lapangan Harau sebagai lokasi pelaksanaan Art Camp 2025.

Pembimbing kegiatan, Susandrajaya, S.Sn., M.Sn., dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dari Pemerintah Nagari, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, serta Kacabdin Wilayah IV Sumatera Barat. Beliau juga mengapresiasi kehadiran partisipan dari berbagai komunitas sanggar seni di Limapuluh Kota dan sekitarnya yang turut berkontribusi dalam mensukseskan program Art Camp, baik sebagai peserta workshop maupun pelaku seni pertunjukan. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan dengan berbagai agenda menarik.

Beliau memberikan apresiasi khusus kepada partisipan yang dengan penuh semangat datang dari Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, untuk berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan workshop, kolaborasi, dan pertunjukan seni. Kehadiran rombongan dari Maninjau ini memberikan warna baru sekaligus memperluas jangkauan Art Camp, yang tidak hanya terbatas pada wilayah tertentu. Partisipasi mereka menunjukkan bahwa kegiatan ini mampu menjadi ajang silaturahmi sekaligus ruang ekspresi seni bagi masyarakat dari berbagai daerah. Beliau juga menyampaikan harapan besar agar ke depannya, partisipan dari kabupaten dan kota lainnya dapat bergabung, sehingga Art Camp ini benar-benar menjadi wadah untuk bersama-sama memajukan, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya lokal sesuai kekhasan masing-masing daerah.

Wali Nagari Harau, Syukriandi, dalam sambutan pembukaan Art Camp, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas terpilihnya Nagari Harau sebagai lokasi pelaksanaan Art Camp yang diinisiasi oleh Keluarga Besar Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang. Beliau mengungkapkan kebanggaannya terhadap kiprah ISI Padangpanjang dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya yang telah terbukti dari berbagai kegiatan sebelumnya, seperti Festival Harau yang telah beberapa kali sukses digelar di wilayah tersebut. Selain itu, kehadiran mahasiswa KKN pada bulan Juli dan Agustus 2024 lalu juga semakin mempererat hubungan antara ISI Padangpanjang dan masyarakat Nagari Harau.

Ketika diinformasikan bahwa Nagari Harau akan menjadi tempat pelaksanaan Art Camp ini, pihaknya merasa sangat bangga dan antusias. “Kok ndak cukuik jo tapak tangan, jo nyiru kami tampuang,” ungkap beliau, menggambarkan betapa besar rasa syukur dan penerimaan masyarakat Harau atas kesempatan berharga ini. Wali Nagari juga berharap agar kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya lokal dan menjadikan Harau semakin dikenal sebagai pusat seni dan budaya di Sumatera Barat.

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yang diwakili oleh Dr. Asep Saepul Haris, S.Sn., M.Sn., dalam sambutannya sekaligus saat membuka kegiatan Art Camp yang berlangsung pada tanggal 16–19 Januari 2025, menyampaikan bahwa program ini merupakan salah satu program strategis dalam mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Melalui Art Camp, pengabdian kepada masyarakat diwujudkan secara bersama-sama oleh dosen dan mahasiswa ISI Padangpanjang.

Beliau menegaskan harapan besar bahwa kehadiran Art Camp ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan seni budaya serta industri kreatif di bidang seni pertunjukan, khususnya di wilayah Limapuluh Kota dan sekitarnya. Program ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah kegiatan sekali selesai, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi masyarakat dan pelaku seni di daerah tersebut.

Selain itu, Dr. Asep menjelaskan bahwa Art Camp ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara ISI Padangpanjang dan Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota yang telah diawali dengan penandatanganan MoU antara Rektor ISI Padangpanjang dan Bupati Limapuluh Kota pada tahun sebelumnya. “Program positif seperti ini akan terus kami kembangkan dengan program-program lainnya di masa mendatang,” ujarnya. Beliau berharap hubungan baik ini terus terjalin, sekaligus memberikan kesempatan lebih luas untuk melibatkan berbagai pihak dalam mendukung pelestarian seni budaya daerah.

Pada hari pertama pelaksanaan Art Camp, masyarakat Harau dan sekitarnya dimanjakan dengan berbagai pertunjukan seni yang memukau. Acara ini menampilkan kreativitas dan bakat luar biasa dari mahasiswa, alumni Seni Karawitan, serta partisipan dari komunitas dan sanggar seni yang tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota. Meskipun di beberapa waktu hujan gerimis sempat turun, semangat masyarakat untuk menyaksikan setiap penampilan tidak luntur. Dengan penuh antusias, mereka tetap berdatangan untuk menikmati alunan musik tradisional, kolaborasi seni, dan tari-tarian yang menghiasi panggung. Suasana malam semakin semarak dengan interaksi hangat antara para seniman dan penonton, menciptakan momen kebersamaan yang tak terlupakan. Kehadiran pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memperkuat ikatan masyarakat dengan seni budaya lokal yang kaya dan menginspirasi.

Pertunjukan pertama yang dibawakan oleh Komunitas Seni Situjuah Sakato langsung memikat perhatian penonton dengan menyuguhkan inovasi tradisi yang bersumber dari seni dabuih atau debus. Dalam pertunjukan tersebut, mereka memadukan atraksi tradisional dengan ilustrasi musik berupa perpaduan perkusi gandang tambua dan vokal khas berzanji, menciptakan suasana yang begitu magis sekaligus dinamis.

Atraksi utama yang menampilkan kekebalan terhadap senjata tajam dan api menjadi puncak yang sangat mendebarkan. Penampilan ini memukau penonton yang terus berdecak kagum menyaksikan keberanian dan keterampilan luar biasa dari para anggota komunitas. Dengan gerakan yang terkoordinasi sempurna dan penghayatan mendalam terhadap seni tradisi, Komunitas Seni Situjuah Sakato berhasil membawa pertunjukan ini menjadi pengalaman yang mendalam dan tak terlupakan. Pertunjukan tersebut tidak hanya menjadi hiburan yang memacu adrenalin tetapi juga menjadi cerminan kekayaan tradisi lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, kini dikemas dengan inovasi segar tanpa kehilangan esensi aslinya.

Penampilan Komunitas Ragam Raso, yang dikomposeri oleh Azura, S.Sn., menjadi salah satu sorotan utama dalam rangkaian pertunjukan partisipan di Art Camp. Kelompok ini, yang seluruhnya terdiri dari musisi perempuan, berhasil menghadirkan inovasi segar dengan memadukan musik tradisional sebagai sumber inspirasi penciptaan seni pertunjukan bergaya world music. Kombinasi instrumen tradisional dengan elemen modern melahirkan sebuah harmoni yang unik dan memukau, menjadikan musik mereka relevan bagi berbagai kalangan tanpa kehilangan identitas budayanya.

Sentuhan kekinian dalam aransemen mereka terasa akrab dengan genre musik yang banyak diminati masyarakat, terutama generasi muda. Melalui pendekatan ini, Komunitas Ragam Raso tidak hanya menampilkan keindahan seni tradisional, tetapi juga memberikan ruang baru untuk berkembang dalam konteks global. Penampilan mereka menjadi sebuah ajakan yang halus namun kuat bagi generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai seni tradisinya, dengan cara yang relevan dan penuh daya tarik di era modern. Aksi panggung mereka yang enerjik dan penuh semangat pun mendapatkan apresiasi meriah dari penonton, menjadikan momen tersebut sebagai salah satu puncak acara yang berkesan di Art Camp.

Penampilan dari Rustic Art Management yang dipimpin oleh Ruli Afriadi, S.Sn., seorang alumni Jurusan Seni Karawitan, turut memeriahkan rangkaian pertunjukan Art Camp. Grup ini menghadirkan materi pertunjukan yang menggali dan mengembangkan tradisi lokal, khususnya seni sampelong dan sirompak, yang menjadi ciri khas Kabupaten Limapuluh Kota. Dengan perpaduan inovasi dan penghormatan terhadap warisan budaya, mereka berhasil menyajikan pertunjukan yang unik dan penuh daya tarik.

Sentuhan musik populer yang dibawakan terasa sangat kental, dengan keahlian para musisi dalam mengeksplorasi berbagai genre, khususnya blues. Penggunaan nada pentatonik minor yang khas dalam komposisi mereka memberi nuansa yang mendalam dan memikat. Perpaduan antara elemen musik tradisional dan modern ini berhasil menciptakan atmosfer yang menarik bagi penonton, menggugah mereka untuk lebih mengapresiasi kekayaan musikal daerah sambil menikmati nuansa kekinian yang memikat. Keahlian musisi dalam menyentuh karakter musik yang kuat dan emosi melalui komposisi ini memberikan pengalaman audio-visual yang tak terlupakan, membawa tradisi lokal dalam konteks yang lebih luas dan global.

Malam pembukaan Art Camp semakin meriah dengan penampilan memukau dari Drummer Cookies, yaitu seorang musisi disabilitas yang menunjukkan bakat luar biasa dalam dunia musik. Mereka membawakan tiga repertoar yang memadukan permainan solo drum dengan perkusi etnik, menciptakan irama yang menggugah dan memikat penonton. Setiap ketukan drum yang dipersembahkan dengan penuh semangat dan keterampilan, disertai dengan elemen musik tradisional daerah yang kaya, membuat penonton terkesima dan berdecak kagum atas keahlian yang mereka tampilkan.

Penampilan ini bukan hanya sebuah hiburan semata, tetapi juga menyampaikan pesan yang mendalam: disabilitas tidak menjadi penghalang untuk berkarya. Drummer Cookies membuktikan bahwa meskipun mereka menghadapi tantangan fisik, semangat dan tekad untuk menjadi musisi tidak mengenal batas. Pertunjukkan tersebut juga menunjukkan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakang atau keadaan fisiknya, dapat menguasai bahkan mempelajari karakter musik tradisional daerahnya dengan dedikasi dan rasa cinta terhadap seni. Melalui penampilan ini, mereka telah berhasil menyampaikan inspirasi yang luar biasa kepada penonton, terutama tentang bagaimana seni dan musik dapat menjadi sarana pemberdayaan dan inklusi sosial.

Pertunjukan akhir pada pentas seni hari pertama di Art Camp menghadirkan pertunjukan musik konvensional dari mahasiswa Jurusan Seni Karawitan angkatan 2024, diikuti dengan hiburan talempong goyang yang dibawakan oleh alumni dan dosen. Penampilan yang menggabungkan musik tradisional Minangkabau dengan sentuhan kontemporer ini semakin memperkaya suasana malam, memberikan gambaran jelas tentang keahlian dan kreativitas yang terus berkembang dalam dunia seni karawitan. Semua rangkaian materi pertunjukan tersebut disambut dengan antusiasme luar biasa oleh masyarakat Harau dan sekitarnya, yang dengan penuh semangat menyaksikan setiap penampilan yang dibawakan.

Kepiawaian pembawa acara, Fadel Muhammad dan Nasta Oktavia, juga turut memberi warna pada malam tersebut. Dengan gaya humoris dan interaktif, mereka berhasil membangun suasana yang semakin hangat dan akrab, menjadikan pertunjukan malam pertama tak hanya sebuah acara seni tetapi juga sebuah momen kebersamaan yang menyenangkan. Canda tawa yang mereka hadirkan sepanjang acara semakin mempererat hubungan antara para penampil dan penonton, menjadikan malam tersebut sebagai pengalaman yang tak terlupakan bagi seluruh yang hadir.

Penonton yang menyaksikan pertunjukan pada hari pertama Art Camp memberikan tanggapan yang sangat positif dan antusias. Banyak dari mereka mengungkapkan kekaguman atas kualitas pertunjukan yang disajikan, baik itu dari segi kreativitas, keberagaman materi, maupun teknik yang ditampilkan oleh para musisi dan penampil. Mereka terkesima dengan inovasi seni yang memadukan musik tradisional dengan sentuhan kontemporer, serta kemampuan para peserta untuk menjaga keaslian tradisi sembari menghadirkan elemen baru yang menarik.

Secara keseluruhan, para penonton merasa terhibur, terinspirasi, dan semakin mencintai seni budaya tradisional mereka, dan banyak yang berharap agar kegiatan Art Camp ini dapat terus berlangsung di masa depan dengan lebih banyak lagi program yang memperkenalkan seni dan budaya daerah.

Scroll to Top