Musik “Rihlah” Karya Jhori Andela di Pentaskan  FSP ISI Padangpanjang di Pekanbaru

Pekanbaru diguyur hujan lebat pada Sabtu 9 November 2024, namun semangat tim Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (FSP ISI) Padangpanjang tetap membara untuk menyuguhkan pementasan seni di Gedung Pertunjukan Riau Creative Hub (RCH). Dimulai pada pukul 20.00 WIB, acara yang sempat tertunda ini berlangsung meriah dengan penonton memenuhi kursi meskipun harus melewati hujan dan genangan air.

Dari empat karya yang ditampilkan, musik karawitan kontemporer berjudul “Rihlah” karya Jhori Andela menjadi salah satu sorotan utama. Karya ini merupakan interpretasi ulang dari lagu “Alaihi,” bagian dari kesenian tradisional dikia rabano khas Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar. Dengan pendekatan kontemporer yang memadukan unsur karawitan tradisional dan ornamentasi musik digital, “Rihlah” berhasil memukau penonton, membawa mereka ke dalam perjalanan musikal yang mendalam dan penuh makna.

“Karya ini mencoba menjembatani tradisi dengan inovasi. Dengan tetap menjaga esensi dikia rabano, ‘Rihlah’ memberikan nuansa baru yang relevan dengan perkembangan seni pertunjukan saat ini,” ujar Jhori Andela dalam wawancara usai pementasan. Komposisi ini tidak hanya menghadirkan nilai estetik, tetapi juga menawarkan perspektif baru terhadap tradisi musik Minangkabau, menjadikannya lebih dekat dengan generasi muda.

Pementasan ini juga menjadi bukti nyata kekuatan seni karawitan sebagai salah satu elemen penting dalam ekosistem seni pertunjukan di Indonesia. Melalui karya “Rihlah,” FSP ISI Padangpanjang menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong inovasi dalam seni karawitan tanpa melupakan akar tradisionalnya. Penampilan musik ini menggambarkan bagaimana warisan budaya dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.

Selain “Rihlah,” pementasan malam itu juga menyuguhkan dua tarian, yaitu “Menapaki Senja” karya Donny Osmon dan “Galuik Dantiang Piriang” karya Oktavianus, serta teater “The Convincer of Heaven Collapse” karya Wendy HS. Namun, “Rihlah” tetap meninggalkan kesan yang kuat, tidak hanya karena kekuatan musikalnya, tetapi juga karena kemampuannya menghubungkan tradisi dengan audiens masa kini.

Dr. Irwan, S.Pd., M.Pd., Dekan FSP ISI Padangpanjang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa program pementasan ini merupakan bagian dari kerja sama antara FSP ISI Padangpanjang dan Riau Creative Hub (RCH). “Kami berharap karya-karya seperti ‘Rihlah’ dapat terus menginspirasi dan menjadi simbol bagaimana seni tradisional dapat relevan di masa kini. Ini juga merupakan wujud tanggung jawab akademik dan artistik kami untuk mendukung perkembangan seni pertunjukan,” tuturnya.

Penonton yang hadir pun memberikan apresiasi tinggi terhadap karya ini. Anti Render, salah satu peserta diskusi pascapementasan, menyebut bahwa “Rihlah” memiliki potensi lebih besar jika diperkaya dengan teknologi seni visual seperti video mapping. Sementara itu, Dayat, seorang penonton yang datang dari Tambang, Kampar, berharap FSP ISI Padangpanjang dapat memperluas jangkauan pementasan hingga ke daerah-daerah lain.

Pementasan malam itu ditutup dengan diskusi interaktif yang membahas potensi seni pertunjukan dalam mendukung industri kreatif, dipandu oleh moderator Pandu Birowo. Dengan kehangatan dan antusiasme yang terasa sepanjang acara, “Rihlah” menjadi bukti nyata bahwa seni karawitan memiliki masa depan cerah sebagai salah satu elemen penting dalam lanskap seni kontemporer Indonesia.

FSP ISI Padangpanjang kembali membuktikan dedikasinya dalam melahirkan karya-karya inovatif dan inspiratif yang tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membuka jalan bagi generasi berikutnya untuk terus mencintai dan mengembangkan seni karawitan.

Scroll to Top