
Oleh : Dr. Asep Saepul Haris, S.Sn.,M.Sn
Toleransi musikal yang dimaksud, seperti yang tertera pada judul, merupakan usaha untuk saling mengisi atau berinteraksi satu sama lain, dengan budaya yang beragam, dengan mengedepankan sikap “keseimbangan”, untuk mencapai rasa musikal yang disusun dalam satu kesatuan yang utuh. Kolaborasi merupakan perpaduan dari berbagai jenis maupun karakter musikal, yang masing-masing saling merespon satu sama lain menuju sebuah bangunan atau struktur musik. Kolaborasi bukan sekedar menggabungkan antara dua atau lebih jenis musikal akan tetapi capaian dari kolaborasi tersebut bagaimana nantinya unsur-unsur musikal yang hadir berupa permainan melodi, pola ritme, permaianan perkusi, penggarapan vocal, petik, tiup, gesek serta yang lainnya mampu beradaptasai dan saling beriteraksi satu sama lain menuju pada sebuah struktur musikal yang diharapkan.
Kolaborasi mencoba memahami pemikiran atau konsep yang ditawarkan oleh lawan main artinya para pelaku yang mencoba melakukan pekerjaan kolaborasi adalah orang-orang yang memiliki kemampuan serta keterampilan dalam bidang seni tradisi. Kemampuan sebagai besik dasar yang dikuasai merupakan modal untuk bisa berkreativitas, selanjutnya mencoba untuk bisa memahami berbagai bentuk garap yang ditawarkan, baik yang tersusun manpun dalam bentuk impropisasi. Pemahaman karakteristik dari berbagai instrumen yang dihadirkan sangatlah menentukan daya kreatif seseorang.


Dalam aplikasinya, proses perwujudan kolaborasi ada yang diatur dan tidak artinya pemahaman konsep garap sangat menentuakan untuk proses kolaborasi tersebut. Me-reinterpretasi tradisi adalah pekerjaan para pelaku garap yang bisa mengembangkan kreativitas secara maksimal. Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk kolaborasi, yang masing-masing mencoba saling berinteraksi satu sama lain. Kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa dikembangkan dalam proses pembentukan kerja kolaborasi, adanya kesepakatan yang tersusun sesuai dengan konsep yang diusung.
Kesepakatan yang dimaksud bisa berbicara materi atau vokabuler, instrumen yang dipergunakan, gaya (pendekatan garap), dan tempat pertunjukan. Unsur-unsur yang hadir dalam proses kerja kolaborasi di antaranya:
Materi atau vokabuler, merupakan Unsur yang paling mendasar di dalam meIakukan kerja kolaborasi. Artinya, untuk bisa menghadirkan garap dari masing-masing pelaku, bahan tersebut sangat menentukan guna kelancaran di dalam proses kerjanya.
Garap, merupakan sarana di dalam mengembangkan imajinasi maupun kreativitas. Kata garap dapat ditemui dalam pekerjaan pertanian, social, cultural dan kesenian. Istilah garap dalam karawitan menjadi popular dan berkembang sangat pesat.
Eksplorasi, merupakan usaha atau kiat di dalam menemukan berbagai kemungkinan-kemungkinan bentuk ”baru”. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk atau pilihan di dalam menyikapi sebuah instrumen baik konpensional maupun non konpensional.
Improvisasi bisa hadir apabila diperlukan artinya konsep garap sangat menentukan ketika dalam proses perwujudannya. Instrumen merupakan media untuk mewujudkan ide maupun konsep di dalam perwujudannya ke dalam bentuk karya. Instrumen yang dipergunakan bisa dalam bentuk konfensional maupun non konfensional.
Pengalaman Empirik Penggarap (komposer) merupakan modal utama di dalam berproses untuk bisa mewujudkan gagasan maupun konsep karya yang diharapkan. Tempat Pertunjukan merupakan konsep yang sangat penting untuk merealisasikan segala bentuk konsep yang akan ditampilkan.


__________________
*Tulisan ini merupakan pengantar diskusi otarabumalam edisi 20 September 2017